TOTAL SINTESIS SENYAWA BAHAN ALAM
EPOTILON
Senyawa-senyawa bahan alam
yang hampir tak terbatas jumlahnya
merupakan suatu tantangan bagi para ahli
kimia yang bekerja baik dalam bidang
analitik maupun bidang sintesis.Sintesis
senyawa bahan alam memiliki keuntungan, yakni umumnya dengan
biaya murah dan memberikan hasil yang
dapat direproduksi dengan baik. Selain
itu, sintesis kimia menonjol karena
derivatnya dapat diperoleh dengan baik. Salah satu pengembangan baru dan
paling penting pada sintesis senyawa
bahan alam dalam beberapa tahun
terakhir ini adalah sintesis senyawa bahan alam anti-tumor, misalnya Taksol, yang
diperoleh melalui semi sintesis,
Tamoksifen dan Karboplatin
sebagaimana juga epotilon (Gambar 1)
yang baru-baru ini ditemukan.
Epotilon merupakan tema yang baru,
menghebohkan, dan menjanjikan dalam
bidang kimia, biologi, dan kedokteran.
Nama epotilon tersusun dari unitunit
yang terdapat didalamnya, yaitu:
epoksida, tiazol, dan keton. Epotilon
pertama kali ditemukan oleh ilmuan
kelompok penelitian bioteknologi (GBF)
Braunschweig yang dipimpin oleh ahli
mikrobiologi Hans Reichenbach dan ahli
kimia Gerhard Höfle. Epotilon
diisolasi dari ekstrak jaringan jenis
Mycobakterium Sorangium Sellulosum
So ce 90 yang pertama kali ditemukan
pada tahun 1985 di tepi dasar sungai
Sambesi, Afrika Selatan. Ekstrak
jaringan dari Mycobakterium ini
memperlihatkan aktivitas biologi dalam
tes skrining yang sesuai. Struktur-struktur
molekul epotilon telah ditetapkan dengan
metode spektroskopi dan analisis
kristalografi sinar-X. Salah satu fenomena yang
menarik adalah ternyata bahwa walaupun
epotilon dan taksol mempunyai struktur
yang berbeda, namun epotilon mengikat
mikrotubulin pada tempat yang sama, dan
bahkan dapat menggantikan taksol pada
daerah ikatannya. Sejak penemuan
mekanisme aktivitas taksol, hampir 20
tahun yang lalu, epotilon merupakan
bahan pertama yang memperlihatkan efek
stabilisasi mikrotubulin yang sama,
walaupun telah dilakukan penelitian
secara intensif.
STRATEGI SINTESIS EPOTILON
DARI S. J. DANISHEFSKY
Kelompok ini memperlihatkan
sintesis totalnya dengan beberapa konsep
original dan luar biasa. Sintesis masingmasing
fragmen, khususnya
pembentukan pusat stereo telah
dilakukan. Danishefsky, dkk.
menganalisis retrosintesis dari epotilon
dalam tiga tahapan: makrolaktonisasi,
metatesis, dan reaksi-makroaldol. Reaksimakroaldol
yang stereoselektif adalah secara khusus patut diperhatikan, karena
reaksi inilah yang merupakan reaksi
siklisasi pertama dari kelompok kerja ini. Di dalam strategi sintesis yang
kedua berikutnya dibuat fragmen dengan
cara yang sama, sedangkan urutan
penyambungan (tanda panah A dan B)
dari „Separuh“ 7 dan 8 (Gambar 3)
ditetapkan melalui siklisasi secara
makrolaktonisasi atau metatesis-olefin.
Setelah reaksi siklisasi
dilakukan, diperoleh senyawa prekursor
yang terproteksi dari epotilon C (3) atau
D (4) (Gambar 1). Deproteksi, oksidasiC5,
dan epoksidasi yang stereoselektif
menghasilkan epotilon A (1) atau B (2).
Pada strategi makroaldol, fragmen 7 dan
8 digabung melalui suatu Bor-AlkilSuzuki-Kopling
(tanda panah A).
Segmen tiazol 7 (Gambar 4)
dibuat dari (R)-glisidol di dalam sintesis
total pertama, yang merupakan cikal
bakal pusat stereo-15. Selanjutnya,
sintesis kerangka ini dibuat yang lebih
ekonomis, yakni dari aldehida 9,
yang dapat dibuat dalam jumlah
multigram. Senyawa ini direaksikan
dengan seng alliltributil menggunakan
reaksi allilasi dan sebagai katalis
digunakan (S)-BINOL dan Ti(O-iPr)4.
Setelah asetilasi, pemecahan ikatan
rangkap secara oksidatif dan reaksi
Wittig diperoleh Viniliodida 7a dan 7c
yang penting untuk Suzuki-Kopling. Sintesis fragmen 8 dengan gugus
fungsi yang banyak (Gambar 6) dirakit
melalui reaksi siklokondensasi dienaaldehida
secara stereokimia.
Enantiomer murni aldehida 10
direaksikan dengan TiCl4 dan sebagai
katalisator adalah khelat-kontrol membentuk Diena-Danishefsky 12.
Selain itu, gugus karbonil C5 juga
berhasil mengalami reduksi dengan LAH
yang diastereoselektif.
Untuk memperoleh dua gugus
metil pada atom C4, maka dilakukan
siklopropanisasi dengan menggunakan
pereaksi Simmon-Smith membentuk
senyawa 13. Akibatnya, terjadi
pembukaan lingkar yang oksidatif dengan
N-iodosuksinimida membentuk gugus
dimetil geminal. Sebaliknya, dengan
adanya proton sebagai elektrofil terjadi
pemutusan jembatan dalam bisiklik
membentuk lingkar lain. Dehalogenasi,
pemutusan ikatan glikosida dengan 1,2-
dimerkaptan dan transformasi benzil eter
dalam suatu gugus fungsi aldehida
membetuk senyawa 15.
Pengubahan senyawa 15 menjadi
8a berhasil dengan perpanjangan rantai
dua atom karbon, yang tercapai melalui
dua kali reaksi Wittig dengan
Ph3P=CHOMe dan Ph3P=CH2.
Senyawa 8b diperoleh melalui
perpanjangan aldehida 15 empat atom C
dengan 3-butenilmagnesiumbromida,
karena dengan penutupan lingkar secara
metatesis terjadi pemutusan kedua gugus
CH2 terminal pada ikatan etilena.
Setelah hidroborasi olefin 8a,
viniliodida 7 mengalami Suzuki-kopling.
Siklisasi berhasil setelah deproteksi
produk kopling 16a atau 16b melalui
suatu reaksi aldol pada –78°C dan
KHMDS sebagai basa dalam THF.
Perbandingan (S)-C3-Alkohol yang
diinginkan dengan epimer-(R) adalah 6:1
untuk sintesis epotilon-A dan 2,1:1 untuk
sintesis epotilon-B, tetapi isomer-(3R)
dapat dibuktikan melalui oksidasi
membentuk keton dan selanjutnya
reduksi NaBH4 isomer-(3S). Akhirnya,
epotilon A (1) atau epotilon B (2)
diperoleh dalam enam tahap melalui
deproteksi, oksidasi, atom C5 dan
epoksidasi ikatan ganda C12-C13 dengan
dimetildioksiran dari produk
makroaldolisasi (Gambar 6).
Pada strategi metatesis olefin oleh
Danishefsky dkk. kerangka 7a
dan 8b mengalami siklisasi melalui reaksi
aldol (Gambar 7). Disini juga terjadi
campuran epimer pada atom C3; tetapi,
epimer-(3S) dapat diubah sebagaimana
telah ditunjukkan pada epimer-(3R).
Keberhasilan reaksi metatesis amat
tergantung pada besarnya substituen.
Sesuai dengan gugus pelindung yang
digunakan dan fungsionalitas oksigen
diperoleh metatesis untuk epotilon A (1)
menghasilkan substrat 19a (R=H) dengan
perbandingan Z/E yang berbeda dalam
produk metatesis. Hasil yang paling
bagus diperoleh dengan P1 = P2 = TBS
dan Y = O adalah (Z/E = 1.7:1 pada 20a). Untuk epotilon B (2) dapat
dilakukan siklisasi dari 19b (R=Me)
dengan P1 = P2 = TBS dan Y = O dengan
katalisator Schrock, dan diperoleh suatu
campuran Z/E-1:1 produk siklisasi 20b. Untuk jalur sintesis ketiga dari
Danishefsky dkk. (Gambar 8), kerangka
8a pertama-tama memperpanjang satuan
asetat untuk asam 24 yang terproteksi.
Disini juga terbentuk campuran epimerC3,
yang dari sini epimer-(3S) dapat
dibuat melalui dua tahapan yang telah
disebutkan sebelumnya. Pembentukan
gugus terlindung dan oksidasi C5
memberikan senyawa 25, yang dihubungkan melalui kopling Suzuki
alkil dengan fragmen 7b atau 7c
membentuk asam seko 26a atau 26b.
Setelah makrolaktonisasi Yamaguchi,
deproteksi dan epoksidasi DMDO
diperoleh epotilon A (1) atau epotilon B
(2).
Jalur sintesis makrolaktonisasi yang
terkenal dalam sintesis epotilon B (2)
juga dilakukan secara jelas pada fragmen
C1-C11 yang merupakan strategi
konvergen (Gambar 10). Konfigurasi
pusat kiral pada C6 dan C7 dibentuk melalui adisi aldol yang stereoselektif.
Etilketon akiral 27 direaksikan dengan
aldehida 28 membentuk senyawa aldol
29. Pada reaksi aldol ini, aldehida 28
diubah menjadi enolat-Z dengan
menggunakan LDA pada –120 °C.
(6R,7S)-anti-Cram-produk aldol 29 yang
diinginkan terjadi dengan selektivitas
diastereofasial 5,5:1 (berhubungan
dengan isomer (6S,7R)). C7-C8-antiselektivitas
yang relatif tinggi dicoba
ulang pengaruh timbal balik ikatan ganda
yang tidak terikat dari aldehid 28 dengan
gugus karbonil enolat. Senyawa 30 yang
diperoleh melalui kopling Boralkil Suzuki
ditaklukkan dengan suatu reduksi
Nyori menjadi asam 31 yang terlindungi,
yang selanjutnya gugus fungsi keto C3
direduksi secara selektif membentuk
alkohol dengan konfigurasi-(S).
DAFTAR PUSTAKA
Muharram. 2009. The Strategy of the Total Sintesis of Epotilon: a new bioaktif Compound that
potentially as Anticancer Agent. Jurnal Chemica. Vol. 10, 48 - 65.
Apa yang membedakan senyawa epotilon A dan Epotilon B dalam proses sintesis?
BalasHapusYang membedakannya adalah pada epotilon B terjadi metilisasi pada tiga tahap (Tabel), sedangkan pada epotilon A terjadi hidrogenasi.
HapusEnantiomer murni aldehida 10 direaksikan dengan TiCl4 dan sebagai katalisator adalah khelat-kontrol membentuk Diena-Danishefsky 12, apa fungsi dari TiCl4 tersebut?
BalasHapusTiCl4 pada reaksi tersebut sebagai katalis.
Hapusmau tanya bang, kenapa memilih epotilon sebagai total sintesis senyawa bahan alam ?
BalasHapusBerdasarkan jurnal-jurnal yang mensitesis senyawa ini, menyatakan bahwa Epotilon merupakan tema yang baru, menghebohkan, dan menjanjikan dalam bidang kimia, biologi, dan kedokteran. Oleh karena itu, saya memposting sintesis ini karena senyawa tersebut mulai berkembang terlebih fungsinya ada kehidupan manusia.
HapusSetelah hidroborasi olefin 8a, viniliodida 7 mengalami Suzuki-kopling. apa maksud dari Suzuki-kopling?
BalasHapusReaksi kopling atau reaksi penggandengan, ataupun Penggandengan (kopling) oksidatif merupakan istilah dalam kimia organik yang merujuk pada sekelompok reaksi kimia organologam di mana dua fragmen hidrokarbon digandengkan (kopling) dengan bantuan katalis yang mengandung logam. INi ditemukan oleh Suzuki dan tim sehingga dinamai Suzuki-kopling
HapusJelaskan secara singkat mendapatkan senyawa epotilon A pada tahap oksidasi
BalasHapusPada tahap oksidasi ini, terjadi pemecahan ikatan rangkap secara oksidatif yang nantinya akan diperlukan pada reaksi Suzuki-kopling.
HapusApa manfaat dari senyawa epotilon ini?
BalasHapus